RABU 17 FEBRUARY 2010 MERUPAKAN KUNJUNGANKU yang entah ke berapa puluh kali ke desa Transmigrasi Purwodadi, karena tempat tinggalku hanya kurang lebih 12 km dari desa ini.Desa Purwodadi merupakan sebuah desa yang berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
Purwodadi merupakan desa hasil program pemerintah zaman orde baru, desa yang dikhususkan untuk transmigrasi penduduk dari pulau Jawa ke pulau Sumatera. Desa yang dibuka sejak tahun 1985 ini dikelilingi oleh beberapa perusahaan perkebunan besar, seperti PT. Tri Mitra Lestari, PT. Agrowiyana, PT Wirakarya Sakti dan sebuah perusahaan pertambangan minyak milik PetroChina. Sayangnya walaupun sudah 25 tahun sejak dibuka, desa ini belum dialiri listrik milik negara. Desa yang berpenduduk kurang lebih 2700 jiwa ini sangat mengharapkan sekali desa mereka dialiri oleh listrik. Saya teringat ucapan Andreas Harsono, seorang penulis ternama negeri ini yang mengatakan, “mungkin SBY gak tau kalo ada purwodadi disini”, saya kaitkan kalimat mas andreas tersebut dengan masalah listrik, “gimana listrik mau masuk, SBY aja gak tau purwodadi”, itu pikirku.
“Warga desa harus mengeluarkan uang 350 ribu rupiah tiap bulannya kalau rumahnya mau masuk listrik,” tutur Jarno, sekretaris desa setempat. “Itupun hanya malam hari saja pak, dari jam 6 sore sampe jam 6 pagi,” tambahnya.
“Listriknya dari mana pak?,” tanyaku.
“ada 2 orang pengusaha genset diesel di desa ini yang menyalurkan listrik kerumah-rumah warga, kalau mau pasang baru, warga dikenakan biaya 250 ribu rupiah untuk pasang kabel kerumah warga.”
Kemudian pembicaraan saya alihkan ke masalah lain, yaitu masalah nikah dibawah umur.
“pak bener gak pak kalo wanita-wanita disini kebanyakan menikah dibawah umur?,” saya tanya dengan senyum.
“ah.. itu dak bener, persentasenya sangat kecil sekali,” tutur pak Jarno.
Kenapa saya tanyakan demikian ke pak Jarno, menurut informasi dari Puskesmas, paling tidak 60% ibu yang periksa kandungan tiap bulannya adalah ibu yang masih berusia 16-17 tahun.
Otak nakalku berpikir, “ini pasti ada hubungannya dengan listrik,” pikirku demikian.
“kalo suasananya dah gelap, lampu gak ada, apa lagi kegiatan lain kalo gak bobo-boboan”. Husssshhhh…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar